Untukmu Yang Masih Bertanya Tentang Radio Rodja
Sebenarnya penjelasan tentang
pertanyaan radio rodja sudah dijelaskan oleh ustadz-ustadz kita
diantaranya oleh Ustadz Muhammad Umar As-Sewwed, Ustadz Luqman Ba’abduh,
Ustadz Usamah Mahri, Ustadz Afifudin dan yang lainnya yang dengan mudah
kita bisa mendengarkan via internet Alhamdulillah. Dan jawaban mereka
cukup insya Allah bagi yang ingin mengetahui tentang radio rodja. Namun
berhubung pertanyaan ini masih terdengar ditanyakan oleh sebagian
ikhwah kepada Asatidzah oleh karena itulah pada kesempatan ini saya
yang ingin mengatakan bagi orang yang bertanya tentang radio rodja
bahwa cukup bagi kita untuk mendengarkan kajian, muhadhoroh
ustadz-ustadz kita. Apa yang ada dari ilmu, faedah, pembahasan yang
dibahas oleh pengisi radio rodja ada pada ustadz-ustdaz kita dan apa
yang ada pada ustadz-ustadz kita tidak ada pada para pengisi rodja
(dan itu semua karunia Allah yang Allah berikan kepada siapa yang Allah
kehendaki). Apa yang ada pada ustadz-ustadz kita dan tidak ada pada
para pengisi Rodja di antaranya adalah apa yang saya akan sebutkan di
bawah ini :
1. Ustadz-ustadz kita Alhamdulillah
sangat menjaga pergaulan mereka, mereka tidak bergaul dengan ahlu
bid’ah, hizbiyyin, orang-orang menyimpang, yayasan hizbi atau satu
organisasi dan satu wadah dengannya. Dan seperti inilah manhaj yang haq
manhaj ahlus sunnah. Mari kita simak perkataan a’imah salaf (para Imam
Salaf) yang dai-dai rodja mengaku mengikuti mereka..! Tetapi praktek dan
amalannya menyelisihi bahkan bertolak belakang dengan pengakuannya.
Berkata Abu Qilabah Rahimahullah :
لا تجالسوا أهل الأهواء ، ولا تجادلوهم ، فإني لا آمن أن يغمسوكم في الضلالة ، أو يلبسوا عليكم في الدين بعض ما لبس عليهم
“Janganlah kalian duduk bersama ahlu
ahwa’ (ahlu bid’ah –ed) dan janganlah mendebat mereka dikarenakan
sesungguhnya aku tidak merasa aman mereka menjerumuskan (menenggelamkan)
kesesatan kepada kalian atau menyamarkan (merancukan –ed) kepada kalian
perkara agama, sebagian perkara agama yang mereka samarkan.” (Asyari’ah Al-Ajuri : 56 – Al Ibnah Ibnu Bathah : 2/437)
قال إسماعيل بن خارجة يحدث قال :
دخل رجلان على محمد بن سيرين من أهل الأهواء ، فقالا : يا أبا بكر نحدثك
بحديث ؟ قال : لا قالا : فنقرأ عليك آية من كتاب الله عز وجل ؟ قال : لا ،
لتقومن عني أو لأقومن
Ismail bin Khorijah menceritakan,
beliau berkata : “Dua orang dari ahlu ahwa’ (ahlu bid’ah) masuk menemui
Muhammad bin Siriin mereka berdua berkata : ‘Wahai Abu Bakar, kami akan
menyampaikan satu hadits kepadamu?’ Berkata (Ibnu Siriin) : ‘Tidak.’
Berkata lagi dua orang tersebut : ‘Kami akan membacakan satu ayat
kepadamu dari Kitabullah (al-Qur’an) Azza Wajjala?’ Berkata (Ibnu
Siriin) : ‘Tidak. Kalian pergi dariku atau aku yang pergi.’” (Asyari’ah Al-Ajuri : 57 – Al Ibanah Ibnu Bathah : 2/446)
Berkata Imam Al Barbahari Rahimahullah:
فاحذر ثم احذر أهل زمانك خاصة وانظر من تجالس وممن تسمع ومن تصحب فإن الخلق كأنهم في ردة إلا من عصم الله منهم
“Berhati-hatilah dan berhati-hatilah
kepada orang-orang yang hidup sezaman denganmu secara khusus, dan
lihatlah siapa teman dudukmu, dan dari siapa engkau mendengar dan dengan
siapa engkau berteman, dikarenakan manusia hampir saja menjadi murtad
dari agamanya karena sebab teman bergaulnya kecuali orang yang Allah
jaga.” (Syarh Sunnah Lilbarbahari)
Adapun dai-dai rodja maka mereka bergaul,
berteman, bermuamalah dengan yayasan hizbi, ahlu bid’ah, dan
orang-orang yang menyimpang. Seperti Abu Qatadah, Zaenal Abidin LC,
Khalid Syamhudi LC dan yang lainnya yang menjadi da’i dan pengisi
Yayasan Hizbi Al-Sofwa Lenteng Agung Jakarta, lihat juga bagaimana
kelakuan Abu Qatadah yang mengisi bareng, duduk berdampingan satu meja
dengan Hartono Ahmad Jaiz, Amin Jamaludin di DDII dengan Tema : “Aliran
dan Paham Sesat di Indonesia” yang ketika itu ana masih ingat (ketika
masih ngaji dengan mereka) Amin Jamaludin berbicara membolehkan
demonstrasi pada majelis tersebut. Begitu juga Abu Qatadah merekrut
ustadz yang pernah belajar di Abul Hasan Al-Misri yang para ulama telah
memvonisnya sebagai hizbi, mubtadi’ dan ustadz tersebut belum bertaubat
darinya dan belum lama ini pun (belum ada satu tahun) Abu Qatadah
menerima orang yang baru pulang setelah belajar 7 tahun di Markaznya
Abul Hasan Al Misri di Yaman diterima dan disambut untuk mengajar di
pondoknya sampai sekarang. Di samping itu Abu Qatadah menyalurkan dana
ihyaut turats kepada pondok yang bermanhaj khawarij, Pondok Al-Muaddib
Cilacap yang di pimpin oleh mertuanya seorang teroris bernama Nurdin M.
Top yang bernama Baridin. Begitu juga Yazid Jawwas dan kawan-kawannya
berkerja sama dengan salah seorang pembesar ikhwani DR. Hidayat
Nurwahid, sama seorang hizbi Farid Okbah, sama sesepuh sururi dan orang
yang ditokohkan oleh HASMI (Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islam)
Taufiq Shalih Al Katsiri dalam muraja’ah tafsir ibnu katsir jilid 1
Pustaka Imam Syafi’i. Tak ketinggalan Abdul Hakim bin Amir Abdat di
antara penyimpanggnya dia mengisi satu majelis dengan pembesar atau
seseorang yang di Syaikhkan dari ihyaut turats Kuwait di Malaysia. Dan
contoh-contoh lainnya yang sangat banyak yang hal ini merupakan manhaj
da’i-da’i rodja sepanjang yang saya ketahui. Dan apa yang mereka
lakukan bukanlah sekedar kesalahan “manusiawi“ (seperti lupa, atau tidak
tahu itu seorang hizbi, atau seorang yang menyimpang, ahlu bid’ah atau
diundang ngisi tanpa tahu ada pembicara selain dirinya ternyata ada
pembicara lain dari kalangan orang-orang yang menyimpang atau ahlu
bid’ah atau kesalahan yang mereka telah ruju’ darinya dan lain-lain)
tidak, tetapi yang saya sebutkan ini adalah manhaj mereka.
Mereka tahu penyimpangan Ihyaut Turats, Al-Sofwa, DDII, Al-Irsyad,
L-Data, Taruna Al-Qur’an, Abdurrahman Abdul Khaliq, Abul Hasan Al-Misri,
Thariq Suwaidan, Hidayat Nurwahid, Amin Jamaluddin, Taufiq Shalih
Al-Katsiri, Yusuf Utsman Ba’isa dan yang lainnya tetapi mereka tetap
bermuamalah dengan mereka bahkan membela sebagian mereka.Wallahu musta’an.
2. Alhamdulillah ustadz-ustadz kita,
sikap mereka tegas dengan ahlu bid’ah apalagi sama tokoh dan para
pembesarnya, hal ini bisa kita lihat dan dengarkan dalam ceramah-ceramah
mereka dalam muhadhoroh-muhadhoroh mereka yang tak jarang memberi
peringatan kepada ummat dari bahaya ahlu bid’ah. Hal ini yang tidak ada
pada mereka (ustadz-ustadz rodja), secara umum pengisi radio rodja
-sebatas yang ana tahu- plintat plintut dalam menyikapi sebagian ahlu
bid’ah, tidak membantahnya atau diam atas penyimpangan mereka, seperti
tidak membantah atau diam atas penyimpangan Abdurrahman Abdul Khaliq,
Abul Hasan Al Misri dan yang lainya sebagaimana diamnya Firanda MA,
Abdullah Taslim MA dan selainnya atas kesesatan dan penyimpangan
Abdurrahman Abdul Khaliq dan Yayasan Ihyaut Turats yang mereka berdua
mengaku mengetahui dan mempunyai bukti-bukti kesesatan Abdurrahman Abdul
Khaliq dan penyimpangan yang ada di tubuh Ihyaut Turats. Bahkan salah
seorang dari pembicara rutin radio rodja yaitu Ali Subana
malah memuji seorang ahlu bid’ah dan bahkan pembesar ahlu bid’ah pada
zaman ini yaitu DR. Yusuf Al-Qardhawi. Sebagaimana hal ini diceritakan
oleh salah seorang ikhwan (Abu Aisyah) yang dulu pernah tinggal bersama
keluarganya di Qatar dan dia ikut majelisnya Ali Subana di sana. Suatu
ketika Ali Subana pernah ditanya tentang Yusuf Qardhawi dengan
pertanyaan, ‘Siapakah Yusuf Qardhawi?’ Kata seorang penanya yang ikut di
majelisnya di Qatar, lalu Ali Subana menjawab, “Yusuf Qardhawi termasuk ulama pada abad ini.”
Lalu ikhwan kita ini berkata ketika menceritakannya kepada saya : “Ana
mendengar sendiri dengan telinga ana bahwa Ali Subana menjawab seperti
itu.”
Atau cerita salah seorang ikhwan dari
Jakarta yang baru saja mengenal ta’lim satu sampai dua tahun yang pernah
bertanya kepada ana tentang radio rodja, lalu ana jelaskan tentang
pemateri di radio Rodja sampai tentang Ali Subana yang memuji Yusuf
Qardhawi lalu ia pun berkata: “Ia.., ana pernah dengar di radio
rodja Ali Subana menukilkan perkataan Yusuf Qardhawi ana pun kaget
setahu ana Yusuf Qardhawi sesat.”
Insya Allah kita semua tahu siapa DR.
Yusuf Qardhawi, seorang tokoh dan pembesar ikhwanul muslimin, seorang
tokoh sesat yang sangat terkenal yang sangat jelas kesesatannya, kalau
yang seperti ini saja masih direkomendasi sama salah seorang dari
pembicara radio Rodja lalu bagaimana dengan tokoh sesat dan menyimpang
lainnya..?! Di antaranya seperti Ali Hasan bin Abdul Hamid dan Salim bin
Ied Al-Hilali jelas lebih mereka rekomendasi dan bela walaupun para
ulama telah menjarhnya dan sebagian telah mentabdi’nya.
3. Alhamdulillah ustadz-ustadz
kita tidak ada yang mengambil dana dari yayasan hizbi penyebar manhaj
khawarij Ihyaut Turats bahkan ustadz-ustadz kita memperingatkan dari
bahaya bermuamalah dengan Ihyaut Turats dan bahaya pendirinya yaitu
Abdurrahman Abdul Khaliq adapun sebagian mereka mengambil bahkan menjadi
gembong dan kaki tangan dari yayasan hizbi Ihyaut Thurats seperti Abu
Qatadah dan Abu Nida LC. Dan lihat juga kelakuan salah satu pembicara
radio rodja yang bernama Firanda MA. yang membela mati-matian yayasan
hizbi Ihyaut Turats, padahal dalam banyak kesempatan dia dan Abdullah
Taslim MA. mengakui bahwasanya dia mengetahui penyimpangan Ihyaut Turats
dan mempunyai data-data penyimpangannya, sekarang kita tanyakan kepada
mereka Firanda dan Abdullah Taslim yang keduanya menjadi pembicara radio
rodja, “Mana bantahan kalian terhadap Abdurahman Abdul Khaliq atau
Ihyaut Turats atau Al Sofwa dalam ceramah, muhadoroh, dan
tulisan-tulisan kalian..?! Bukankah kalian mengetahui penyimpangan
Ihyaut Turats, Abdurahaman Abdul Khaliq sebagaimana pengakuan kalian
sendiri, lalu mana pengamalanmu pada hadits ini wahai Firanda..?!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barangsiapa di antara kalian yang
melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, maka apabila tidak
bisa ubahlah dengan lisannya, maka apabila tidak bisa maka dengan
hatinya yang demikian selemah-lemah iman” (HR. Muslim dari Abu Sa’id Al Khudry)
Justru kalian malah membantah orang yang
membantah ihyaut turats dan Abdurhaman Abdul Khaliq. Katanya kalian tahu
tentang penyimpangan Abdurahman Abdul Khaliq dan ihyaut turats, lalu
kenapa tidak membantah, menjelaskan penyimpangan orang yang melakukan
penyimpangan (Abdurrahaman Abdul Khaliq) supaya ummat secara sebab
selamat dari bahaya penyimpangan mereka, kok malah membantah orang yang
membantah penyimpangan Abdurahman Abdul Khaliq dan Ihyaut Turats. Kemana
akal sehatmu wahai Firanda..!
4. Ustadz-ustdaz kita Alhamdulillah
menjaga pakaiannya dan adab-adabnya dengan memakai sarung atau jubah di
kesehariannya, adapun sebagian mereka (pengisi) radio rodja tidak
sedikit yang memakai banthalun, atau bahkan celana yang agak ketat yang
memperlihatkan lekuk tubuh mereka (maaf –pantat mereka-) bahkan ketika
shalat dan ta’lim. Saya punya pengalaman buruk ketika masih ikut ta’lim
dengan salah satu pengisi radio rodja tentang celana banthalun, yang
saya malu untuk menceritakannya di sini. Wallahu musta’an
Inilah sedikit penjelasan dari saya untuk saudaraku yang bertanya tentang radio rodja yaitu untuk
mencukupkan dengan mendengar kajian ustadz-ustadz kita karena apa yang
ada pada pengisi radio rodja dari ilmu dan faedah ada pada ustadz-ustadz
kita dan sebaliknya apa yang ada pada ustadz-ustadz kita (yang telah
saya sebutkan di atas) tidak ada pada ustadz-ustadz rodja.
Selain dari itu sama-sama kita ketahui dari perkataan Ibnu Siriin yang
Insya Allah menutup “perjumpaan kita”, yang beliau berkata :
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Sesunguhnya ilmu ini adalah agama maka perhatikanlah oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama kalian.”
Dan perkataan Syaikh ‘Abdullah Mar’i Hafidzahullah : “Jangan
sampai mereka yang dulunya salafiyyin (ketika mendengar radio rodja
–ed) menjadi Khalafiyyin (orang menyelisihi manhaj salaf –ed)” (sumber : rekaman pertemuan Tanah Abang Jakarta) .
Wallahu muwwafiq
Ditulis oleh : Abu Ibrahim Abdullah bin Mudakir
sumber : www.tauhiddansyirik.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar
Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.”
(HR. al-Bukhari no. 6475 dan Muslim no. 48)
Jangan Memberikan Komentar Jika Foto Anda Menggunakan Gambar Makhluk Atau Komentar Anda Mengandung Unsur Smiley !