Masbuk Menyempurnakan Shalat, Ada yang Bermakmum
Ketika memasuki masjid, qadarullah (sebagaimana yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wata’ala),
saya mendapati imam telah shalat. Saya pun shalat bersama jamaah.
Setelah imam salam, saya berdiri untuk menyempurnakan apa yang terluput.
Tiba-tiba, seseorang masuk dan menjadikan saya sebagai imam. Bolehkah
orang tersebut menjadikan saya sebagai imam?
Jawab:
Apabila seorang makmum mendapatkan sebagian shalat bersama imam
lantas ia berdiri menyempurnakannya setelah imam salam, siapa pun yang
ingin shalat bersamanya boleh menjadikannya sebagai imam menurut
pendapat yang benar di antara beberapa pendapat ahli fikih. Sebagian
mereka—ulama mazhab Hanafi dan Maliki—berpendapat, orang yang sedang
menyempurnakan shalat setelah imam salam tidak boleh dijadikan sebagai
imam. Perkara ini bersifat ijtihadiah karena tidak ada dalil yang tegas
dalam hal ini.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil Ketua: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Mani’. (
Fatawa al-Lajnah, 7/399—400)
Shalat Fardhu Bermakmum Kepada yang Shalat Sunnah
Apabila saya sedang shalat tahiyatul masjid atau shalat sunnah, lalu seseorang masuk dan menyangka saya sedang shalat fardhu lantas langsung bermakmum kepada saya, bagaimana hukumnya? Apa yang harus saya lakukan?
Jawab:
Menurut pendapat yang paling benar di antara dua pendapat ulama,
seorang yang shalat fardhu boleh bermakmum kepada orang yang sedang
shalat sunnah atau bermakmum kepada orang yang shalat sendirian.
Seseorang tidak boleh menolak orang yang hendak bermakmum kepadanya.
Telah sahih dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma bahwa dia datang kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau sedang shalat malam sendirian, lantas ia berdiri ikut shalat di samping kiri beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu memindahnya ke sebelah kanan beliau dan shalat bersamanya.
Telah sahih pula bahwa dahulu Mu’adz
radhiyallahu ‘anhu shalat isya berjamaah bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian pulang dan mengimami kaumnya shalat isya. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengingkarinya.Demikian pula, beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengimami shalat khauf dua rakaat bersama sekelompok sahabat kemudian salam. Setelah itu, beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dua rakaat mengimami kelompok yang lain kemudian salam. (HR. Abu Dawud)
Pada shalat yang kedua, beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam shalat sunnah.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil Ketua: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 7/405—406)
Musafir Bermakmum Kepada Orang yang Mukim
Saya menanyakan tentang shalat seorang musafir yang bermakmum kepada orang yang mukim/bukan musafir, apakah dia shalat secara sempurna (tidak qashar) bersama imam atau tidak?
Jawab:
Sah hukumnya shalat seorang musafir yang bermakmum kepada imam yang
mukim. Dia harus shalat secara sempurna (tidak mengqashar) dan tidak
boleh salam kecuali setelah imam salam. Sebab, terdapat dalil yang sahih
dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan hal tersebut.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil Ketua: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 7/422—423)
Mendapatkan Rukuk Bersama Imam
Kami melihat banyak orang memasuki masjid ketika imam sedang rukuk. Bersamaan dengan ia melakukan takbiratul ihram, imam mengucapkan sami’allahu liman hamidah. Orang ini tidak mungkin membaca tasbih dalam rukuknya. Apakah dia teranggap mendapatkan satu rakaat meskipun tidak sempat membaca tasbih, atau dia harus menambah satu rakaat lagi setelah imam salam?
Jawab:
Siapa yang melakukan takbiratul ihram ketika imam bangkit dari rukuk,
rakaat tersebut tidak teranggap. Demikian pula orang yang takbiratul
ihram lalu bertakbir untuk rukuk kemudian turun ke rukuk dalam keadaan
imam bangkit dari rukuk, rakaatnya tidak teranggap. Sebab, dia tidak
dapat menyertai imam saat rukuk dengan kadar yang cukup agar rakaat itu
teranggap. Dia harus menambah satu rakaat sebagai penggantinya setelah
imam salam.
Siapa yang melakukan takbiratul ihram dan mendapatkan imam sedang
rukuk, lantas ia pun rukuk dengan kadar yang cukup untuk melakukannya
secara thuma’ninah, dia teranggap mendapatkan rakaat tersebut, menurut
jumhur (mayoritas) ulama. Hal ini berdasarkan hadits,
إِذّا
جِئْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ وَنَحْنُ سُجُودٌ فَاسْجُدُوا وَلاَ
تَعُدُّوهَا شَيْئًا، وَمَنْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ فَقَدْ أَدْرَكَ
الصَّلَاةَ
“Jika kalian mendatangi shalat dan kami sedang sujud, sujudlah,
namun hal itu janganlah dihitung. Barang siapa mendapati rakaat tersebut
berarti ia mendapatkan shalat.” (HR. Abu Dawud,
Ibnu Khuzaimah, dan al-Hakim dalam No.87/VIII/1433 H/2012 36
al-Mustadrak)
Demikian pula hadits,
مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلاَة فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ
“Barang siapa mendapati satu rakaat, berarti ia telah mendapatkan shalat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan. (
Fatawa al-Lajnah, 7/316—317)
Terlambat Shalat Berjamaah
Bagaimana hukumnya seorang masbuk yang tertinggal dari shalat maghrib?
Jawab:
Masbuk yang tidak mendapati shalat jamaah sama sekali hendaknya
mencari shalat jamaah yang lain apabila mampu. Jika tidak mendapatkan,
dia shalat sendirian.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 7/327)
Sedang Shalat Sunnah, Iqamat Dikumandangkan
Apabila iqamat dikumandangkan dan seseorang sedang melakukan
shalat sunnah dua rakaat atau tahiyatul masjid, apakah dia menghentikan
shalatnya agar bisa shalat wajib berjamaah? Apabila jawabannya ya,
apakah dia harus salam dua kali ketika menghentikan shalatnya atau dia
hentikan tanpa salam?
Jawab:
Yang benar di antara dua pendapat ulama, hendaknya dia menghentikan
shalat tersebut dan tidak perlu salam untuk keluar dari shalat tersebut.
Dia langsung bergabung dengan imam.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 7/315)
Tidak Shalat Berjamaah Karena Ada Kemungkaran
Bagaimana hukumnya dalam agama, seseorang melihat shalat jamaah di
masjid tetapi tidak ikut shalat karena melihat dan mendengar
amalan-amalan yang tidak ada syariatnya dalam agama, seperti azan di
dalam masjid, tambahan dalam azan, adanya halaqah zikir di dalam masjid
padahal orang-orang sedang rukuk dan sujud. Apakah perbuatan saya tidak
ikut shalat berjamaah ini menyebabkan saya berdosa? Lantas bagaimana
yang benar?
Jawab:
Anda tidak boleh meninggalkan shalat berjamaah di masjid karena
hal-hal yang Anda sebutkan. Azan di dalam masjid diperbolehkan; tambahan
dalam azan tidak Anda jelaskan; mengadakan halaqah di masjid secara
umum diperbolehkan apabila halaqah itu mempelajari ilmu syariat. Adapun
halaqah zikir model sufi dan halaqah bid’ah yang semisalnya, wajib
diingkari, namun tidak menghalangi Anda untuk menunaikan shalat
berjamaah.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 7/306)
Shalat di Jalan Sebelah Masjid Ketika Masjid Penuh
Bagaimanakah batasan masjid menurut syariat? Apakah jalan yang
bersebelahan dengan masjid termasuk masjid sehingga boleh shalat Jumat
padanya ketika masjid penuh karena banyaknya jamaah, padahal masih ada
masjid lain yang tidak dipenuhi oleh jamaah?
Jawab:
Batasan masjid yang menjadi tempat shalat wajib lima waktu bagi kaum
muslimin adalah apa yang dilingkupi oleh bangunan, kayu, pelepah kurma,
bambu, atau lainnya. Inilah masjid yang berlaku atasnya hukum-hukum
masjid, semisal tidak bolehnya wanita haid, nifas, dan junub menetap di
dalamnya. Orang yang datang ke masjid yang sudah penuh, boleh melakukan
shalat Jumat atau shalat lainnya—baik yang wajib maupun sunnah—di luar
masjid, di jalan yang terdekat dengan masjid, dan selama dia bisa
mengikuti gerakan imam. Sebab, hal ini memang dibutuhkan; dengan syarat
tidak di depan imam. Hanya saja tidak berlaku hukum-hukum masjid di
tempat itu.
Wallahu a’lam.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Mani’. (
Fatawa al-Lajnah, 6/223)
Mendahului Gerakan Imam
Apa hukumnya seseorang mendahului gerakan imam? Sahkah shalatnya?
Jawab:
Haram hukumnya makmum mendahului imam, bahkan hal ini termasuk dosa
besar karena adanya ancaman bagi pelakunya. Adalah sahih dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَمَا
يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ
يُحَوِّلَ اللهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ، أَوْ أَنْ يَجْعَلَ اللهُ
صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ
“Tidakkah salah seorang dari kalian takut apabila mengangkat
kepalanya mendahului imam bahwa Allah akan mengubah kepalanya menjadi
kepala keledai atau mengubah wujudnya menjadi wujud keledai?” (HR. al-Bukhari)
Adapun tentang sah tidaknya shalatnya, ada perbedaan pendapat. Yang
lebih kuat dalam hal ini ialah apabila seseorang mendahului imam dengan
sengaja, shalatnya batal. Apabila mendahului imam secara tidak sengaja,
ia kembali ke posisi sebelumnya lantas mengikuti imam.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 7/328—329)
Imam Sujud Sahwi, Makmum Mengikuti?
Imam melakukan kesalahan yang menyebabkannya melakukan sujud
sahwi, sedangkan saya yakin shalat saya (sebagai makmum) sempurna. Imam
melakukan sujud sahwi sebelum salam. Saya tidak ikut melakukan sujud
sahwi kecuali setelah imam salam. Bagaimana hukum masalah ini?
Jawab:
Imam adalah teladan yang diikuti oleh para makmum. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan mengikuti imam,
إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا
“Imam diadakan tidak lain untuk diikuti. Apabila dia bertakbir, bertakbirlah kalian. Apabila dia rukuk, rukuklah kalian.”
Tindakan Anda yang sengaja
tidak mengikuti imam dalam hal sujud
sahwi, tidak diperbolehkan. Anda harus
mengulangi shalat Anda tersebut.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan. (
Fatawa al- Lajnah, 7/329)
Qiraah Imam Tidak Bagus
Saya shalat di rumah bersama keluarga saya. Sebab, imam di masjid
melakukan lahn (kesalahan dalam qiraah) al-Qur’an hingga jelas-jelas
mengubah maknanya. Hafalan saya lebih banyak dan lebih sesuai dengan
kaidah-kaidah qiraah. Selain itu, pada diri saya tidak ada kemaksiatan
sebagaimana yang ada pada imam tersebut—dan Allah Subhanahu wata’ala
sajalah yang menyucikan hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dia dan jamaahnya
bersikeras atas keimamannya karena mereka fanatik kepadanya dan tidak
menyukai saya. Sebab, mereka berbeda kabilah dengan saya.
Di samping itu juga karena pengingkaran saya terhadap kesalahan
mereka. Saya sendiri sebenarnya seorang yang ditugaskan menjadi imam
sebuah masjid jami’ di desa lain, hanya saja saya tidak bisa hadir
setiap waktu shalat bersama jamaah saya. Bolehkah saya shalat menjadi
makmum di belakang imam tersebut? Bolehkah saya mengajukan keberatan
(kepada pemerintah) tentang mereka?
Jawab:
Menunaikan shalat lima waktu secara berjamaah hukumnya wajib kecuali
apabila ada uzur yang menghalanginya, seperti sakit dan lainnya. Oleh
karena itu, hendaknya Anda menunaikannya secara berjamaah di masjid yang
Anda ditugaskan menjadi imamnya. Hal ini lebih pantas karena dengan
demikian berarti Anda menunaikan dua kewajiban:
kewajiban sebagai imam yang menjadi tugas Anda dan kewajiban
menunaikan shalat berjamaah. Apabila berat bagi Anda, biarkanlah tugas
menjadi imam ini diemban oleh orang lain yang bisa menunaikannya sesuai
dengan yang dituntut. Shalatlah di masjid yang dekat dengan rumah Anda
sebagai makmum, selama imamnya tidak melakukan
lahn yang mengubah makna (ayat). Jika
lahn yang
dilakukannya mengubah makna, hendaknya dia dinasihati. Jika tidak mau
menerima dan tetap bersikeras menjadi imam bersamaan dengan adanya
lahn yang
mengubah makna, hendaknya dilaporkan kepada pejabat yang bertanggung
jawab mengurusi keimaman masjid pada Kementerian Agama agar diperiksa.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan. (
Fatawa al- Lajnah, 7/351—352)
Anak-Anak Menjadi Imam
Seseorang memasuki masjid dan mendapati sejumlah anak-anak. Yang
terbesar di antara mereka berusia dua belas tahun. Sahkah keimaman anak
yang berusia dua belas tahun tersebut?
Jawab:
Sah hukumnya seorang anak yang sudah berakal menjadi imam shalat berdasarkan sabda Nabi
Subhanahu wata’ala,
يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ – الْحَدِيثَ
“Yang menjadi imam adalah yang paling banyak bacaannya terhadap Kitabullah ….”
Demikian pula hadits dalam
Shahih al-Bukhari dari Umar bin Salamah al-
Jarmi
radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan, “Ayahku
kembali dari sisi Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengatakan
bahwa dirinya mendengar Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا
‘Apabila datang waktu shalat, hendaknya yang menjadi imam adalah yang paling banyak bacaan al-Qur’annya di antara kalian.’
Mereka melihat-lihat dan tidak
mendapatkan seseorang yang lebih
banyak bacaan al-Qur’annya daripada diriku. Mereka pun menyuruhku maju
padahal usiaku masih enam belas atau tujuh belas tahun.”
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan. (
Fatawa al- Lajnah, 7/393—394)
Apabila Imam Berhadats
Imam berhadats pada rakaat yang kedua dalam shalat ashar. Dia pun
keluar dari shalat dan menunjuk orang lain menggantikannya. Apakah orang
tersebut menyempurnakan (meneruskan) shalat atau mengulanginya dari
awal?
Jawab:
Jika imam berhadats di tengahtengah shalat, disyariatkan baginya
untuk menunjuk pengganti yang meneruskan shalat yang tersisa. Dengan
demikian, tetap sah shalatnya dan shalat para makmum. Hal ini
berdasarkan kisah Umar z ketika beliau menjadi imam dan ditusuk, beliau
menunjuk Abdurrahman bin Auf sebagai imam yang menggantikannya.
Abdurrahman pun menyempurnakan shalat bersama jamaah.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan. (
Fatawa al-Lajnah, 7/399)
Memperlama Bacaan Shalat
Saya shalat di masjid kampung. Ketika saya shalat dan menjadi
imam, mereka mengatakan, “Ringankanlah shalatnya.” …Apakah saya harus
memperingan shalat atau tidak? Padahal mereka masih muda, tidak ada yang
lanjut usia ataupun orang tua yang lemah. Saya shalat hanya membaca
kurang dari sepuluh ayat. Bagaimana solusinya? Apa hukum hal ini dalam
Islam?
Jawab:
Ketika seseorang mengimami manusia, disunnahkan agar ia memerhatikan
keadaan mereka dan mengambil yang paling lemah di antara mereka sebagai
ukuran. Inilah patokan yang disebutkan dalam sunnah Nabi kita
Shallallahu ‘alaihi wasallam yang suci. Shalat dengan membaca sepuluh ayat tidak tergolong memperpanjang. Biasanya, pada shalat subuh, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat-surat
mufashshal yang panjang; pada shalat maghrib membaca surat-surat
mufashshal yang pendek, meski terkadang membaca yang panjang; pada shalat isya, zuhur, dan ashar, beliau n membaca yang suratsurat
mufashshal yang pertengahan. Terkadang beliau memperpanjang shalat zuhur. Surat-surat
mufashshal dimulai dari surat Qaf hingga akhir surat an-Nas.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil Ketua: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 7/412—413)
Orang yang Paling Pantas di Belakang Imam
Bolehkah imam memilihkan tempat di belakangnya bagi ulama agar
ketika dia lupa ada yang mengingatkannya? Apakah hal ini dibolehkan oleh
syariat?
Jawab:
Disyariatkan agar makmum yang berada di belakang imam adalah orang
yang berilmu, memiliki keutamaan, serta orang yang baligh dan berilmu.
Hal ini berdasarkan hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abu Mas’ud al-Anshari
radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لِيَلِيَنِي مِنْكُمْ أُولُو الْأَحْلَامِ وَالنُّهَى، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Hendaknya yang di belakangku adalah orang yang baligh dan
berilmu, kemudian yang di bawah mereka, kemudian yang di bawah mereka.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud,
dan at-Tirmidzi)
Makna hadits di atas adalah disyariatkan bagi orang yang baligh dan
berilmu untuk bersegera menuju shalat sehingga mereka berada di belakang
imam. Jadi, tidak bermakna bahwa
disediakan tempat bagi mereka (di belakang imam) sampai mereka hadir.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Wakil Ketua: Abdur Razzaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah, 8/16—17)
Posisi Anak-Anak Dalam Shaf
Apakah anak-anak yang belum baligh bisa dianggap menjadi shaf yang sempurna?
Jawab:
Apabila seorang anak lelaki mencapai usia tujuh tahun, dia terhitung dalam shalat berjamaah dan shafnya sempurna.
Wabillahit taufiq washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa shahbihi wa sallam.
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan,
Abdullah bin Qu’ud. (
Fatawa al-Lajnah,
8/21)
Sumber : www.asysyariah.com