(ARTIKEL) TRANSKRIP TANYA JAWAB PADA DAUROH ILMIYAH ISLAMIYAH BALIKPAPAN - AL USTADZ MUHAMMAD UMAR ASSEWED HAFIZHAHULLAH (SEMOGA ALLOH JAGA BELIAU TETAP ISTIQOMAH DI ATAS ALHAQ)


TRANSKRIP AUDIO 
TANYA JAWAB
DAURAH ILMIAH ISLAMIYAH BALIKPAPAN
7 dan 8 MEI 2016

Di Jawab Oleh :
Al Ustadz Muhammad As Sewed hafizhahullah

Tanya  :
Mohon bimbingan dalam hal menasehati saudara kita semanhaj yang terjatuh dalam kesalahan pribadi. Apakah ada tahapannya?

Iya, harus dinasehati!. Seorang yang jatuh kedalam kemunkaran, dan kamu melihatnya maka wajib atasmu untuk menasehatinya. Menasehati dengan tidak menyebarkan 'aibnya. Karena ini pribadi urusannya.  Tidak perlu menceritakannya kepada orang banyak. Tidak perlu engkau kemudian mengghibahinya dibelakangnya, jangan! Tutupi 'aib saudaramu! Nasehati!

"Hentikan! Taubatlah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala! Berhentilah dari perbuatanmu! Sungguh demi Allah tidak ada yang tahu kecuali saya, kebetulan memergoki kamu ini sekarang"

"Allah Subhanahu Wa Ta'ala ghafurur rahiim, kalau engkau akan bertaubat. Kalau engkau mau bertaubat, Allah akan ampuni."

Diberikan harapan, supaya dia mau bertaubat. Jangan ditutup harapannya.

"Kamu begini..., berarti kamu begini..., kamu begitu...kamu tidak akan diampuni. Nanti saya akan umumkan kepada semua manusia, bahwa ternyata kamu begini..."

Apa akibatnya? Putus asa, sudah kadung (terlanjur, -red) diketahui banyak orang.

"Ya sudah, biarkan saja, saya orang paling jelek."

Ini, na'udzubillah kamu justru membantu syaithon untuk menyesatkan orang tadi. Orang tadi akhirnya malu, menjauh dari salafiyin, ahlussunnah, dan kemudian bergabung bersama ahli maksiat, jangan!

An nasihah, biduni ta'yir, kalau kesalahannya pribadi. Atau kesalahan dalam sesuatu walaupun pemahaman, tapi dia tidak menyebarkannya pada orang lain.

"Saya mengatakan begini..."

"Lho, kamu koq berpikir seperti itu! Ini salah. Apa yang kamu katakan tadi itu adalah bid'ah muhdatsah"

Iya tidak menyebarkan kepada siapapun, bahkan kamu tahunya ketika kamu ngobrol dan nanya sama dia, baru keluar sesuatu syubhat dari kepalanya, nasehati! Jangan sampaikan pada orang lain dulu.

Kecuali kalau ternyata kesalahan yang bersifat pemahaman ini menyebar ke orang lain dari dia.

"Oh, ini harus diperingatkan manusia, hati-hati!"

Kalau tidak, jangan! Nasehati dia suruh kembali kepada sunnah.

"Kamu jangan sembarangan berbicara! Setiap kamu punya pikiran sesuatu, harus kamu cari buktinya dalam Qur'an dan sunnah, kalau tidak jangan diucapkan!"

Tanya:
Apakah Muhammad Al Imam bisa dikatakan termasuk pengkhianat negara sebagai orang yang membantu kaum kuffar untuk menguasai negeri kaum muslimin? Apakah perbuatan dia ini adalah perbuatan kekufuran?

Jawaban :
Ikhwani fiddin a'azakumullah, kalau kalimat pengkhianat sudah ada. Para ulama menyatakan seperti itu, bahwa dia berkhianat. Karena pemerintah memerintahkan untuk membela negaranya dari pemberontak hutsi, tetapi dia tidak melaksanakan perintah dari penguasanya. Dan membiarkan kaum muslimin diperangi dalam keadaan diam.

Maka lebih tepat kalimatnya mukhodzil, mukhodzil itu yang membiarkan kaum muslimin diperangi, dia tidak menolong, itu namanya mukhodzil. Kalau kalimat-kalimat yang lebih dari itu, saya tidak dengar dari para ulama. Wallahu ta'ala a'lam.

Tanya:
Cerita-cerita seorang yang menceritakan tentang shalat, kemudian menjadi bahan tertawaan, mengucapkan kalimat وَلاَ الضَّالِّينَ diganti dengan kalimat lain.

Jawab:
Ini ikhwani fiddin a'azakumullah, adalah istihza'. Sehingga jangan diceritakan, jangan diulang, jangan disampaikan kepada fulan, wa fulan, wa fulan. Wallahi, saya pernah mendengar satu cerita itu dimasa saya kecil, sampai hari ini belum hilang di hati ini. Setiap dibawa ayat itu, ingatnya kesana. Wallahi, wallahi, wallahi, saya menyesal. Kenapa saya dengar.

Setiap mendengar ayat tersebut, ingat guyonan orang itu tadi. Padahal saya dengarnya waktu kecil, tidak bisa hilang di hati. Dan saya betul-betul menyesal dan dendam, kenapa orang itu menceritakan pada saya. 

Jangan main-main! Jangan memeleset-melesetkan ayat, jangan guyon dengan ayat Al Qur'an, jangan!

أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ

Itu istihza', main-main namanya.

Tanya :

Apa yang harus dilakukan oleh seorang pelaku dosa besar, yang menyebabkan si pelaku harus dihukum mati. Namun karena di Indonesia tidak menerapkan hukuman tersebut bagi yang melakukannya (berzina misalnya), apa yang harus dilakukan?

Jawab:

Ikhwani fiddin a'azakumullah, ketika rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam didatangi oleh seseorang sahabat menyatakan "ya rasulullah, zanaitu" Rasulullah menolak, dan memalingkan wajahnya ke arah lain, sehingga dia berpindah ke wajah rasulullah "ya rasulullah, zanaitu (aku berzina, wallahi aku berzina)". Balik lagi rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke arah lain, dia juga mengikuti wajah rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam "ya rasulullah, zanaitu", sampai empat kali.

Kata para ulama, itu menunjukkan, rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sesungguhnya tidak mau atau enggan untuk mendengarkan pengakuan itu. Memberikan kesempatan kalau dia mau bertaubat antara dia dengan Allah saja. Paham maksudnya? Karena tidak ada saksi-saksi. Maka kalau tidak ada saksi-saksi, rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kesempatan kalau dia mau untuk taubat sendiri antara dia dengan Allah saja.

Ternyata dia sampai maksa empat kali. Itupun masih ditanya oleh nabi. Itupun ketika dirajam, lari. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan lagi "Kenapa tidak dibiarkan dia lari? Barangkali dia akan mencabut pengakuannya."

Artinya, kalau seseorang yang berbuat dosa besar yang harusnya dirajam atau harusnya dihukum mati dalam keadaan dia tidak dihukum karena di negeri yang tidak menerapkan hukum-hukum tersebut, maka itu kesempatan dia untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan memperbaiki ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mudah-mudahan dihapuskan dosa-dosanya. Na'am barakallahufiik.

Tanya:
Saya bekerja di suatu lembaga atau perusahaan. Dalam waktu-waktu shalat, ketika terjadi rapat yang sedang berlangsung karena tidak enak sama atasan, tanggung, maka diselesaikan dulu rapatnya baru setelah itu shalat

Jawab:

Ikhwani fiddin a'azakumullah, kalau dalam rapat itu muslimin, sampaikan saja.

"Sebaiknya kita skorsing dulu untuk shalat"

Usulan, diterima syukur, tidak diterima ya sudah. Yang penting kamu sudah menyampaikan.

Kedua, barangkali di tempat tersebut ada tempat shalat, mushalla, masjid yang dibawah perusahaan tersebut, maka pesan.

"Bahwa ini ada rapat, tolong iqamatnya ditunda sedikit"

Tidak mengapa, karena shalat berjama'ah di masjid dengan ditunda iqamatnya tidak apa-apa. Tidak mengapa, bahkan sampai satu jam pun tidak apa-apa, sesekali. Beberapa masjid, ada yang terus-menerus. Begitu adzan ashar, saya ke masjid di suatu kampung, duduk satu jam lebih, tidak ada orang satupun. Saya tanya:

"Ini ada shalat jama'ah tidak disini?"
"Ada koq, ada. Kita disini biasa shalat jam setengah lima"

"Koq terlambat sekali?"
"Iya, karena menunggu orang-orang pulang dari sawah disini semuanya"

Ya masih sah, masih sah, tapi ini akhirnya jadi berubah waktu shalat ashar disana. Dan itu entah, mungkin di kampung-kampung lain ada yang seperti itu. Jadi ditetapkan oleh ta'mir masjidnya, shalat ashar jam sekian. Saya lupa waktu itu jam empat atau setengah lima. Atau jam lima malah.

Pada waktu shalat, datang tamu dari luar kota. Diajak shalat tamunya! Tamunya orang penting, alias bosnya. Ya diajak shalat bosnya, muslim. (Ternyata bosnya, -red) kafir.

"Permisi"

Bosnya setinggi mana? Lebih tinggi dari presiden Amerika? Yang ditinggal shalat sama raja Salman.

Yang jelas usakan saja, usahakan! Kata Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُم
ْ"Bertaqwalah kepada Allah sebisa-bisanya" (QS At-Taghabun: 16)

Mungkin, bisa jadi itu malah jadi dakwah.

"Tunggu sebentar, silahkan minum, silahkan ini, silahkan itu, sebentar saya tinggal sekian menit (two minutes)"

Istilahnya mereka begitu kan? Sebentar. Na'am barakallahufiik.

Tanya:
Apa hukumnya memakan bekicot?

Jawab:

Wallahu a'lam, yang jelas kaidahnya untuk masalah agama, jangan kerjakan kecuali ada dalil. Tapi untuk masalah dunia kalian, ambil semua kecuali yang dilarang, itu kaidahnya. Masalah agama, jangan kerjakan kecuali ada dalil. Tetapi masalah dunia, silahkan itu semua buat kalian. Semuanya boleh, kecuali yang dilarang. Berarti yang dicari adalah larangannya. Kalau ada, jangan. Kalau tidak ada larangan, silahkan.

Sebab Allah katakan:

خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعا
ً"Kami ciptakan untuk kalian, semua yang di muka bumi" (QS Al-Baqarah: 29)

☑️Ada makhluk yang tidak ada namanya, karena baru diketemukan kemarin. Halal atau tidak halal? Halal, (silahkan, -red) makan. Ikhwani fiddin a'azakumullah, dalilnya dalil-dalil umum, yang Allah ciptakan buat kalian semua yang di muka bumi.

Tanya:
Ada sebagian ikhwah terkadang jika berpapasan atau melewati ikhwah yang lain dalam lingkungan pondok, entah tidak tahu, tidak paham atau bagaimana, bahkan lupa jika berpapasan dengan saudaranya, tidak mengucapkan salam?

Jawab:

Ini ikhwani fiddin a'azakumullah, kita punya dua nasehat, buat si penanya dan buat orang yang melakukannya. Adapun si penanya, hendaklah berprasangka baik dengan saudaranya. Kamu buat seribu kemungkinan yang baik, sebelum kemungkinan yang jelek.

Oh mungkin tidak lihat, 
oh mungkin lagi buru-buru, 
oh mungkin matanya lihat tapi hatinya tidak lihat, mungkin apa tidak mungkin? Iya, karena dia sedang kepikiran sesuatu. Sehingga lihat orang itu lihat, tapi pikirannya entah kemana dia. Mungkin, itu terjadi. Husnudzon, berbaik sangka dengan saudaranya, yaitu mereka.

Adapun untuk yang lain, hendaklah memberi salam karena itu adalah salah satu perangkat untuk mempererat ukhuwah.

لَا تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا
"Kamu tidak akan masuk surga, sampai kamu beriman yang sempurna. Dan kamu tidak akan beriman dengan sempurna hingga kalian saling mencintai"

أَوَلَا أَدُلَّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟
"Maukah aku tunjukkan satu perkara yang kalau kalian lakukan, kalian akan saling cinta-mencintai?"

أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُم
"Sebarkan salam diantara kalian"

Para sahabat, jangankan bertemu du jalan. Berjalan bersama, kemudian terpisah oleh tiang, ketemu lagi, assalamu'alaikum lagi. Kenapa? Berlebihan? Tidak! Ikhwani fiddin a'azakumullah, أَفْشُوا السَّلَامَ.

Bahkan ada yang sengaja pergi ke pasar, ke tempat keramaian, untuk memberikan salam. Karena mendengar dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam keutamaannya, dan mendengar dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam pahalanya, dan mendengarkan hikmahnya menjadi tahaabbu, masuk (mengucapkan, -red)

"Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu"
"Wa'alaikum salam warahmatullaahi wabarakaatuhu"

Senang hatinya. Ikhwani fiddin a'azakumullah, jangan bakhil dalam masalah itu, dalam masalah salam! Jangan bakhil! Murah, tidak pakai tenaga, tidak pakai uang, tidak pakai modal. Berapa energimu yang habis? Berapa kalori yang dipakai untuk mengucapkan assalamu'alaikum?

Tanya:
Ikhwani fiddin a'azakumullah, bagaimana dengan keyakinan Zakir Naik?

Jawab:

Sudah saya katakan tadi, sudah saya singgung. Banyak ucapan-ucapan yang mengerikan dari dia. Ya mungkin karena dia terlalu banyak debat, tidak sunnah, tidak baik. Seringkali dia mendapatkan syubhat dari mereka (lawan debatnya, -red), yang akhirnya masuk syubhatnya. Kemudian di kesempatan lain, keluar kalimat itu.

"Saya lebih kristen daripada kalian" katanya. Lebih kristen? Yang mana?
"Kristen itu kan pengikut nabi Isa"

Ikhwani fiddin a'azakumullah, mereka meyakini kristen itu yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Tuhan. Bahasa-bahasa yang mengerikan, na'am.

Mengucapkan kalimat yang tadi, yang disebutkan bahwa:

"Aku bisa menyebutkan seratus bahkan seribu perkara yang Allah tidak bisa, kita bisa. Atau yang Allah tidak bisa"

Disebutkan kepada syaikh Shaleh Al Fauzan, kebetulan pensyarah kitab kita:

"Bagaimana ada orang yang mengatakan begini-begini?"
"Hadzihi riddah (ini kemurtadan)" kata dia.

Mengatakan bahwa Allah tidak kuasa, murtad dia. Ikhwani fiddin a'azakumullah, berapa ayat dalam Al Qur'an yang menyatakan bahwa Allah 'ala kulli syai'in qadir? Berapa kalimat? Berapa ayat? Berkali-kali, atas segala sesuatu maha kuasa, atas segala sesuatu maha kuasa.

Dan itu, barakallaahufiikum bisa kita pahami yang dimaksud adalah seperti apa yang diucapkan oleh para filosof, para filsafat.

"Bahwa Allah tidak bisa menciptakan yang lebih besar dari diriNya, kalau Dia menciptakan yang lebih besar dari diriNya, berarti Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak satu-satunya yang maha besar"

Lihat ikhwani fiddin a'azakumullah, ilmul kalam, ilmu mantiq. Barakallaahufiikum, maka jawab dengan tegas

"Allah bisa kalau Allah mau" selesai.
"Ya berarti ada yang lebih besar dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kalau Allah bisa?"

"Ya berarti ada?"
"Tidak ada, karena Allah tidak mau"

"Berarti ada yang lebih besar dari Allah"
"Tidak ada, karena Allah tidak menciptakan"

Jangan mau kamu terbawa dengan filsafat mereka. Apalagi biasanya yang disebutkan? Masalah kita punya anak, Allah tidak punya anak. Ila akhirihi, kalimat-kalimat yang na'udzubillahi min dzalik, kalimat filsafat.

Allah kalau mau, Allah bisa berbuat apapun sekehendaknya. Dan itu keyakinan yang harus kita imani dengan yakin. Siapa yang ragu-ragu kafir. Allah 'ala kulli syai'in qadir, ada kecualian? Tidak ada, 'ala kulli syai'in, Allah atas segala sesuatu maha kuasa, maha bisa.

Tetapi apakah semua yang Allah bisa, Allah maukan? Allah bisa menyiksa para nabi. Bisa apa tidak bisa? Bisa, tapi Allah tidak mau menyiksa mereka, bagaimana? Dan Allah katakan:

"Aku tidak akan menyiksa hamba-hambaKu yang shaleh"

وَأَنَّ اللّهَ لَيْسَ بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيدِ
"Aku tidak akan dholim kepada hamba-hambaKu" (QS Al-'Imran: 182)

Bukan tidak bisa, (tapi, -red) tidak mau. Bedakan keduanya! Sampai berani menyatakan "Aku bisa menyebutkan seratus perkara yang Allah tidak bisa"

Astaghfirullaah, astaghfirullaah. Dan masih banyak lagi sesungguhnya perkara-perkara yang sejenis itu. Entah karena salah asuhan atau salah bacaan. Karena sesungguhnya dia adalah dokter, bukan ulama. Dokter kesehatan, dokter periksa, dokter umum, na'am shahih dokter umum.

Sumber :
Channel Thalab Ilmu Syar'i (TIS)
Publikasi :
AhlusSunnahSintangKalbar.BlogSpot.Com
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.”
(HR. al-Bukhari no. 6475 dan Muslim no. 48)

Jangan Memberikan Komentar Jika Foto Anda Menggunakan Gambar Makhluk Atau Komentar Anda Mengandung Unsur Smiley !