Khadijah Radhiyallahu ‘Anha, Figur Terpilih
Oleh: Ustadzah Hikmah
Sosok Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu ‘anha
Pembaca sekalian yang dimuliakan Allah l, tentu sudah tidak asing lagi bagi kita siapakah Khadijah bintu Khuwailid x.
Figur mulia kaum muslimah ini adalah
shahabiyah pertama yang beriman terhadap risalah yang dibawa oleh
Rasulullah n. Beliau juga wanita pertama yang mendapatkan kemuliaan
menjadi salah seorang Ummahatul Mukminin (ibunda kaum mukminin) karena
beliau adalah istri pertama Rasulullah n.
Beliau adalah Khadijah bintu Khuwailid
bin Asad bin Abdil ‘Uzza bin Qushai. Nasab beliau bertemu dengan nasab
Rasulullah n pada kakek mereka yang bernama Qushai. Khadijah x adalah
istri Nabi n yang paling dekat nasabnya dengan beliau n. Selain
Khadijah, wanita keturunan Qushai yang dinikahi oleh Rasulullah n hanya
Ummu Habibah.
Rasulullah n menikah dengan Khadijah
pada usia 25 tahun menurut pendapat mayoritas ulama. Sebelum menikah
dengan Rasulullah n, Khadijah pernah menikah dengan Abu Halah bin
an-Nabasi bin Zurarah at-Tamimi.
Pada masa jahiliah, Khadijah dikenal sebagai ath-Thahirah
(wanita yang suci). Beliau termasuk orang pertama yang membenarkan
kenabian Rasulullah n. Hal itu menunjukkan kuatnya keyakinan, tajamnya
pemahaman, dan kokohnya tekad beliau. Dan hal itu juga menunjukkan bahwa
beliau adalah istri Nabi n yang paling utama menurut pendapat yang
kuat.
Khadijah adalah wanita terbaik di dunia pada umat ini. Disebutkan dari ‘Ali bin Abi Thalib a, dari Nabi n, beliau bersabda,
خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ
“Sebaik-baik wanita adalah Maryam (pada zamannya) dan sebaik-baik wanita adalah Khadijah (pada umat ini).” (HR. al-Bukhari no. 3815)
Peran Khadijah
Kaum muslimat, saudari-saudari fillah….
Apakah peran Khadijah x di sisi
Rasulullah n sebatas sebagai istri? Tentu tidak. Figur kita ini adalah
sosok wanita pejuang dan pembela dakwah Nabi n dengan segenap jiwa,
raga, dan harta.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah memuji Khadijah
x dengan menyatakan, “Beliaulah yang membela dakwah, berjihad, dan
membantu Rasulullah n dengan jiwa dan harta.”[1]
Dukungan dan bantuan Khadijah x kepada
Rasulullah sudah berlangsung sejak beliau n belum diangkat menjadi nabi.
Khadijah adalah istri yang sangat setia, pandai menghibur, dan mengerti
keadaan suami.
Sebelum turun wahyu yang pertama,
Rasulullah n sering menyendiri di Gua Hira sampai beberapa malam untuk
beribadah. Manakala kehabisan bekal, beliau n pulang menemui Khadijah
untuk mengambilnya. Demikian seterusnya hingga pada suatu hari turunlah
wahyu ketika beliau sedang berada di Gua Hira.
Malaikat Jibril mendatangi beliau lalu berkata, “Bacalah!”
Nabi menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Jibril pun mendekap beliau erat-erat
hingga sangat meletihkan beliau. Kemudian, Jibril melepaskan beliau dan
berkata lagi, “Bacalah!”
Beliau pun menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Jibril mendekap beliau untuk kedua
kalinya dengan sangat erat hingga sangat meletihkan beliau. Kemudian,
Jibril melepaskan beliau dan berkata lagi untuk yang ketiga kalinya,
“Bacalah!”
Beliau pun menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Jibril mendekap beliau lagi kemudian
melepaskan beliau. Setelah itu, Jibril menyampaikan wahyu yang pertama,
yaitu surat al-‘Alaq ayat 1—5.
Kemudian, Rasulullah n pulang membawa
wahyu pertama tersebut dalam keadaan gemetar sembari berkata,
“Selimutilah aku, selimutilah aku!”
Keluarga beliau pun segera menyelimuti beliau hingga hilanglah rasa takut di hati beliau.
Rasulullah n menceritakan kejadian di
Gua Hira itu kepada Khadijah dan berkata, “Sesungguhnya aku sangat
mengkhawatirkan keselamatanku.”
Dengan kefakihannya yang mendalam,
Khadijah, sang istri yang salehah, menghibur suami tercinta dengan
berkata, “Sungguh, demi Allah, Allah tidak akan menghinakan Anda
selama-lamanya. Allah tidak akan menjadikan Anda bersedih
selama-lamanya. Sebab, Anda adalah orang yang menyambung silaturahim,
memerhatikan beban orang lain (berjiwa sosial tinggi), senang menjamu
tamu, membantu fakir miskin, dan membela kebenaran.”
Khadijah mengajak beliau menemui Waraqah
bin Naufal, anak paman Khadijah, untuk menghibur hati beliau dan
menenangkan resah gelisah yang sedang dialami oleh sang suami.
Waraqah bin Naufal adalah seorang ahli
kitab. Dia beriman kepada Allah dan mengetahui akan datangnya nabi
terakhir pada zaman itu. Waraqah sudah sangat tua lagi buta. Khadijah
berkata kepadanya, “Wahai anak pamanku, dengarkanlah keluhan anak
saudaramu ini (yaitu Rasulullah).”
Waraqah bertanya, “Wahai anak saudaraku, apa yang kau lihat?”
Rasulullah n pun menceritakan kejadian yang beliau alami di Gua Hira.
Waraqah menjawab, “Ini (yang
mendatangimu di Gua Hira) adalah Malaikat Jibril yang juga telah
diturunkan oleh Allah kepada Musa. Duhai, seandainya aku masih muda….
Duhai, seandainya aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”
Rasulullah berkata, “Apakah kaumku akan mengusirku?”
Waraqah menjawab, “Ya, tidak ada seorang
pun yang membawa risalah dakwah seperti yang engkau bawa kecuali pasti
akan dimusuhi. Andai aku masih hidup (ketika mereka memusuhimu) pasti
aku sungguh akan membelamu.”
Siapakah Istri Nabi yang Paling Dicintai?
Mau tahu siapa istri Nabi yang paling beliau cintai?
Ya, figur kita ini. Sampai-sampai Aisyah
sangat cemburu terhadapnya karena Nabi sering menyebut nama Khadijah
dan memujinya di hadapan Aisyah.
Aisyah berkata, “Tidaklah aku cemburu
terhadap seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti cemburuku
terhadap Khadijah. Sebab, Rasulullah n sangat sering menyebut-nyebutnya.
Padahal aku belum pernah melihatnya, dia pun sudah tiada sebelum
Rasulullah menikahiku (dukhul). Nabi menikahiku tiga tahun
sepeninggalnya. Allah—atau Jibril—memerintah Rasulullah untuk memberi
kabar gembira kepada Khadijah berupa rumah di dalam surga dari mutiara
berongga yang tidak ada hiruk-pikuk dan rasa capek. Rasulullah n juga
sering menyembelih kambing, lalu beliau potong-potong menjadi beberapa
bagian dan menghadiahkannya kepada teman-teman Khadijah. Terkadang aku
berkata kepada Nabi, ‘Seolah-olah tidak ada wanita di dunia ini selain
Khadijah.’ Lantas Nabi menjawab dengan memujinya, ‘Khadijah adalah
wanita yang begini dan begitu (menyanjungnya), dan darinyalah aku
memiliki anak.” (HR. al-Bukhari no. 3816, 3817, 3818, dan Muslim dari Aisyah; HR. al-Bukhari dari Abdullah bin Abi Aufa no. 3819, dan no. 3821 dari Abu Hurairah)
Allah l dan Jibril pernah memberi salam
kepada Khadijah melalui Rasulullah n sebagaimana disebutkan dalam hadits
Abu Hurairah. Beliau berkata, “Jibril mendatangi Nabi lalu berkata,
‘Wahai Rasulullah, inilah Khadijah sedang mendatangimu membawa bejana
berisi lauk atau makanan atau minuman. Apabila ia sampai kepadamu,
ucapkanlah salam untuknya dari Rabbnya dan dariku.”
Keturunan Nabi n dari Khadijah
Semua anak atau keturunan Nabi adalah
dari Khadijah kecuali Ibrahim. Ibrahim adalah anak Rasulullah dari budak
perempuan beliau yang bernama Mariyah al-Qibthiyyah.
Anak-anak Nabi dari Khadijah adalah:
Anak-anak lelaki
1. Al-Qasim
Dengan nama anak inilah Nabi berkuniah, yaitu Abul Qasim. Al-Qasim meninggal ketika masih kecil.
2. Abdullah
Anak-anak perempuan
1. Zainab
2. Ruqayyah
3. Ummu Kultsum
4. Fathimah
Semua anak Rasulullah n meninggal sebelum beliau, kecuali Fathimah. Fathimah meninggal enam bulan setelah beliau n meninggal.
Dalam sebuah riwayat Muslim disebutkan
bahwa ketika Nabi menyanjung-nyanjung Khadijah, Aisyah pun marah lantas
berseru, “Khadijah (lagi, Khadijah lagi).” Rasulullah menjawab, “Aku
telah diberi rezeki berupa cinta kepadanya.”
Ya, banyak sebab yang memotivasi suburnya cinta kasih antara Rasulullah dan Khadijah.
Sebagai wujud rasa terima kasih
Rasulullah terhadap segala kebaikan Khadijah maka beliau tidak menikahi
wanita lain selagi Khadijah masih hidup.
Aisyah berkata, “Nabi tidak menikah
dengan wanita selain Khadijah sampai dia meninggal dunia.” Hal ini
disepakati oleh ahli sejarah.
Lagipula kalau kita perhatikan, Nabi
menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. Berarti masa hidup beliau
setelah itu adalah 38 tahun karena beliau wafat pada usia 63 tahun. Nabi
hanya mencukupkan “hidup” bersama Khadijah selama 25 tahun karena
Khadijah wafat ketika Nabi berusia 50 tahun, yaitu pada tahun ke-10 dari
kenabian. Umur beliau setelah itu hanya tinggal 13 tahun.
Khadijah wafat pada bulan Ramadhan tiga
tahun sebelum hijrah. Jadi, Khadijah mendampingi Nabi sebagai istri
beliau selama 25 tahun[2].
Coba renungkan, selama rentang waktu tersebut, hati Khadijah
terpelihara dari gejolak api cemburu. Keutamaan ini hanya dimiliki oleh
Khadijah, tidak yang lain.
Semoga Allah k memberi taufik kepada kita untuk bisa meniru akhlak Khadijah x.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar
Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.”
(HR. al-Bukhari no. 6475 dan Muslim no. 48)
Jangan Memberikan Komentar Jika Foto Anda Menggunakan Gambar Makhluk Atau Komentar Anda Mengandung Unsur Smiley !